JAKARTA - Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara AKBP Daddy Hartadi menjelaskan, aksi kekerasan oleh mahasiswa senior Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, berawal pada Senin (21/4) pukul 19.30 WIB.
Saat itu, Marvin Jonatan, bersama dua rekan satu angkatannya dipanggil taruna tingkat II ke meja makan.
"Di situ diberi arahan dan perintah mereka bertiga sebagai perwakilan tim Medan, menghadap ke tempat kost (tempat kejadian perkara) pada Jumat (25/4) selepas pesiar,” ujar AKBP Daddy Hartadi kepada wartawan, kemarin.
Dalam perintah tersebut, Angga Cs kata Daddy, memerintahkan agar 14 orang mahasiswa tingkat I asal Medan datang. Namun ternyata pada hari kejadian, hanya 7 orang yang dapat hadir. Salah satunya almarhum Dimas Handoko.
“Hasil penyelidikan sementara berdasarkan keterangan pelaku dan korban, salah satu penyebab pembinaan yang berlebihan, karena tidak lengkapnya taruna yang harusnya 14 orang. Pembinaan sering dilakukan. Baik itu bersifat arahan, nasehat dan petunjuk kehidupan ketarunaan di STIP. Namun karena dianggap beberapa kesalahan (mahasiswa tingkat I), terjadi hal yang tidak diinginkan,” katanya.
Alasan lain, penganiayaan juga dilakukan karena para taruna tingkat I tidak respek, tidak hormat, tidak loyal. Bahkan banyak yang tidak mengenali senior dan tidak kompak.
“Pemeriksaan masih terus kita dalami. Termasuk kemungkinan pemeriksaan terhadap mahasiswa Tingkat IV, masih akan kita lakukan secara marathon. Hasil otopsi memerlihatkan penyebab kematian pecahnya pembuluh darah yang ada pada batang otak, tengkorak belakang. Berdasarkan pemeriksaan saksi dan tersangka, almarhum Dimas berada tepat di depan tembok. Sehingga ketika dipukul otomatis terkena benturan tembok berkali-kali. Itu menggunakan tangan kosong,” katanya.
sumber:
jpnn.com
merdeka.com
Saat itu, Marvin Jonatan, bersama dua rekan satu angkatannya dipanggil taruna tingkat II ke meja makan.
"Di situ diberi arahan dan perintah mereka bertiga sebagai perwakilan tim Medan, menghadap ke tempat kost (tempat kejadian perkara) pada Jumat (25/4) selepas pesiar,” ujar AKBP Daddy Hartadi kepada wartawan, kemarin.
Dalam perintah tersebut, Angga Cs kata Daddy, memerintahkan agar 14 orang mahasiswa tingkat I asal Medan datang. Namun ternyata pada hari kejadian, hanya 7 orang yang dapat hadir. Salah satunya almarhum Dimas Handoko.
“Hasil penyelidikan sementara berdasarkan keterangan pelaku dan korban, salah satu penyebab pembinaan yang berlebihan, karena tidak lengkapnya taruna yang harusnya 14 orang. Pembinaan sering dilakukan. Baik itu bersifat arahan, nasehat dan petunjuk kehidupan ketarunaan di STIP. Namun karena dianggap beberapa kesalahan (mahasiswa tingkat I), terjadi hal yang tidak diinginkan,” katanya.
Alasan lain, penganiayaan juga dilakukan karena para taruna tingkat I tidak respek, tidak hormat, tidak loyal. Bahkan banyak yang tidak mengenali senior dan tidak kompak.
“Pemeriksaan masih terus kita dalami. Termasuk kemungkinan pemeriksaan terhadap mahasiswa Tingkat IV, masih akan kita lakukan secara marathon. Hasil otopsi memerlihatkan penyebab kematian pecahnya pembuluh darah yang ada pada batang otak, tengkorak belakang. Berdasarkan pemeriksaan saksi dan tersangka, almarhum Dimas berada tepat di depan tembok. Sehingga ketika dipukul otomatis terkena benturan tembok berkali-kali. Itu menggunakan tangan kosong,” katanya.
sumber:
jpnn.com
merdeka.com
Dimas Dihajar Mahasiswa Senior Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda