Kementerian Perindustrian siap menggiring produsen komponen otomotif Australia untuk memindahkan (relokasi) pabriknya ke Indonesia. Hal tersebut berkaitan dengan rencana penutupan sejumlah pabrik mobil di Negeri Kanguru itu. Yakni Holden, Toyota, dan Ford pada 2017.
"Ada potensi akan masuk 120 pabrik pendukung industri otomotif di Australia. Sebab, banyak pabrik mobil akan tutup pada 2017 karena masalah kompetisi. Itu harus kita sikapi benar-benar supaya bisa menambah investasi di bidang komponen otomotif," ujar Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi kemarin (20/5).
Dia mengaku telah melakukan penjajakan awal ke beberapa industri komponen otomotif Australia saat berkunjung beberapa pekan lalu. Dalam kunjungannya itu, dia melihat potensi terjadi relokasi besar-besaran ke negara yang lebih prospektif. "Yaitu Indonesia. Selain dekat (jaraknya), pasarnya juga sangat besar," kata Budi.
Menurut dia, pasar otomotif di Australia cenderung stagnan dalam beberapa tahun terakhir. Demikian juga dengan proyeksi di masa mendatang. Hal itu yang membuat pabrikan otomotif di Australia sulit berkembang.
"Pasar otomotif-nya cuma 900 ribu unit pertahun., sedangkan jumlah penduduknya hanya 28 juta jiwa. Beda sekali dengan pasar Indonesia yang 240 juta jiwa," lanjutnya.
Budi mengaku tidak muluk-muluk bias menggiring seluruh industri komponen otomotif Australia untuk memindahkan pabriknya ke Indonesia. Setidaknya, ia berharap sepertiga dari 120 pabrik tersebut bisa merelokasi pabriknya ke Indonesia.
"Kami sudah mengundang, saya tawarkan untuk relokasi. Kalau kita mulai sekarang paling nggak dua tahun lagi bisa terealisasi. Untuk urusan kualitas saya melihat mereka sudah sangat modern," tambahnya.
Ketua Koperasi Industri Komponen Otomotif (KIKO) Indonesia, M Kosasih memprediksikan pasar komponen otomotif domestik, khususnya untuk mobil bisa meningkat 10-15 persen disbanding tahun 2013 lalu. Apalagi saat ini semakin banyak pabrik mobil baru.
"Dengan penjualan mobil sebesar 1,1 juta unit pada tahun 2013 saja, omzet industri komponen bisa menyentuh angka Rp 1,4 triliun," tuturnya.
Menurut Kosasih, salah satu faktor yang ikut mendorong pertumbuhan industri komponen otomotif di dalam negeri adalah banyaknya investasi baru di sektor industri otomotif nasional. Hal tersebut tidak lepas dari adanya program Low Cost & Green Car (LCGC) yang dijalankan pemerintah.
"Tercatat 90 persen anggota kami saat ini telah menjadi pemasok komponen ke sejumlah Agen Pemegang Merek (APM)," ungkapnya.
Dia menilai selama diberi peluang dan kesempatan IKM (industri kecil menengah) di bidang komponen otomotif pasti mampu memasok industry besar.
Meski demikian, diakuinya, masih ada sejumlah komponen seperti halnya alat pengikat (fastener) yang hingga kini pasarnya masih dikuasai produk-produk impor."Sebagian besar masih diimpor dari Jepang, Korea dan Tiongkok," jelasnya.
sumber:
jpnn.com
www.newcars.com
"Ada potensi akan masuk 120 pabrik pendukung industri otomotif di Australia. Sebab, banyak pabrik mobil akan tutup pada 2017 karena masalah kompetisi. Itu harus kita sikapi benar-benar supaya bisa menambah investasi di bidang komponen otomotif," ujar Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi kemarin (20/5).
Dia mengaku telah melakukan penjajakan awal ke beberapa industri komponen otomotif Australia saat berkunjung beberapa pekan lalu. Dalam kunjungannya itu, dia melihat potensi terjadi relokasi besar-besaran ke negara yang lebih prospektif. "Yaitu Indonesia. Selain dekat (jaraknya), pasarnya juga sangat besar," kata Budi.
Menurut dia, pasar otomotif di Australia cenderung stagnan dalam beberapa tahun terakhir. Demikian juga dengan proyeksi di masa mendatang. Hal itu yang membuat pabrikan otomotif di Australia sulit berkembang.
"Pasar otomotif-nya cuma 900 ribu unit pertahun., sedangkan jumlah penduduknya hanya 28 juta jiwa. Beda sekali dengan pasar Indonesia yang 240 juta jiwa," lanjutnya.
Budi mengaku tidak muluk-muluk bias menggiring seluruh industri komponen otomotif Australia untuk memindahkan pabriknya ke Indonesia. Setidaknya, ia berharap sepertiga dari 120 pabrik tersebut bisa merelokasi pabriknya ke Indonesia.
"Kami sudah mengundang, saya tawarkan untuk relokasi. Kalau kita mulai sekarang paling nggak dua tahun lagi bisa terealisasi. Untuk urusan kualitas saya melihat mereka sudah sangat modern," tambahnya.
Ketua Koperasi Industri Komponen Otomotif (KIKO) Indonesia, M Kosasih memprediksikan pasar komponen otomotif domestik, khususnya untuk mobil bisa meningkat 10-15 persen disbanding tahun 2013 lalu. Apalagi saat ini semakin banyak pabrik mobil baru.
"Dengan penjualan mobil sebesar 1,1 juta unit pada tahun 2013 saja, omzet industri komponen bisa menyentuh angka Rp 1,4 triliun," tuturnya.
Menurut Kosasih, salah satu faktor yang ikut mendorong pertumbuhan industri komponen otomotif di dalam negeri adalah banyaknya investasi baru di sektor industri otomotif nasional. Hal tersebut tidak lepas dari adanya program Low Cost & Green Car (LCGC) yang dijalankan pemerintah.
"Tercatat 90 persen anggota kami saat ini telah menjadi pemasok komponen ke sejumlah Agen Pemegang Merek (APM)," ungkapnya.
Dia menilai selama diberi peluang dan kesempatan IKM (industri kecil menengah) di bidang komponen otomotif pasti mampu memasok industry besar.
Meski demikian, diakuinya, masih ada sejumlah komponen seperti halnya alat pengikat (fastener) yang hingga kini pasarnya masih dikuasai produk-produk impor."Sebagian besar masih diimpor dari Jepang, Korea dan Tiongkok," jelasnya.
sumber:
jpnn.com
www.newcars.com
3 Tahun Lagi Banyak Pabrik Mobil Tutup